Wah Kambas – Hutanku sayang…

Dedi candra
image3331.jpgBus jurusan kampung  Rambutan menuju Merak berjalan merayap dikemacetan kota Jakarta.  Duduk santai dikursi belakang sambil membaca koran pagi, ini adalah rutinitas yang aku hadapi ketika berangkat ketempat kerja di Sumatran Rhino Sanctuary –Taman Nasional Way Kambas (SRS-TNWK) Lampung. Tiba-tiba masuk seorang pengamen dengan gitar tua penuh coretan, tampangnya dekil dengan rambut gondrong tapi ada semangat di wajahnya.
Pengamen lagi ….. pengamen lagi… katanya memperkenalkan diri…. Jrenggg………jrengg… cukup apik ia memainkan gitarnya……
Ketika lagu ciptaan musisi hebat Iwan Fals dia mainkan, koran pun secara reflek aku tinggalkan dan serius menyimak lagu yang dibawakan.

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang-Berpadu dengan jerit  isi rimba raya-Tawa kelakar badut-badut serakah-Tanpa hph berbuat semaunya-Lestarikan alam hanya celoteh belaka-Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu.. Oo mengapa-Oo  oo jelas kami kecewa-Menatap rimba yang dulu perkasa-Kini tinggal cerita-Penghantar lelap sibuyung-Bencana erosi selalu datang mengantui-Tanah kering kerontang banjir datang  itu pasti-Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi-Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia-Lestarikan hutan hanya celoteh belaka-Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu.. Saja-Oo  oo jelas kami kecewa-Mendengar gergaji tak pernah berhenti-Demi kantong pribadi-Tak ingat rejeki generasi nanti.

Aku yang biasanya sangat malas memberi uang recehan kepada pengamen dengan reflek mengeluarkan lembar ribuan dan dengan tulus memberikan kepada pengamen gondrong tersebut, bukan apa-apa aku sangat sedih dan juga terharu dengan syair yang dimainkannya. Tepat sekali kondisi yang dia ceritakan dengan keadaan beberapa kawasan hutan di Indonesia tercinta ini tak terkecuali di TNWK. Malang nian nasib negriku, malang nian nasib hutanku. Kayu-kayu dipanen seenaknya tanpa merasa berdosa, jerat dan perangkap satwa bertebaran di lantai hutan, perambahan juga terjadi, semua serba kebablasan. Luar biasa kerusakan yang dialami hutan kita. Apakah pengamen itu mengerti tentang syair yang baru ia mainkan? aku tak tahu, tapi yang penting dia telah mengingatkan aku dan kita semua bahwa itulah realita, itulah kenyataan. Hutanku nan dulu indah bak jambrut katulistiwa kini memang hanya tinggal cerita, populasi satwa didalamnya turun drastis, beberapa satwa seperti badak, harimau, gajah, dan lain-lain berubah status dari aman menjadi terancam kepunahan (critical endangered). Belum lagi beberapa kejadian alam yang dipicu oleh kerusakan hutan seperti banjir bandang, longsor dan kekeringan panjang bahkan kebakaran hebat yang bahkan sampai negara kita disebut pengekspor asap.
Siapa yang rugi? tentulah semua penghuni jagat raya ini termasuk kita.  Manfaatnya sangat besar bagi bangsa kita sendiri dan bagi sesama penghuni bumi, terutama karena fungsinya sebagai paru-paru dunia, penahan air dan sumber plasma nutfah. 
Seiring dengan menyempitnya areal hutan alam tropis itu, rusak pula keserasian lingkungannya.  Ribuan jenis flora dan fauna terancam punah, mungkin akan tinggal menjadi catatan sejarah.  Harimau yang buas mulai sulit ditemukan, gajah yang perkasa kini tinggal cerita, orang hutan yang lucu kini merana, kicauan murai batu tak terdengar lagi, tarian cendrawasih tak ada lagi dan badak yang penyendiri kini makin sendiri. Jumlah satwa badak semakin sedikit, selain karena rusaknya habitat, juga karena terkena jerat, masuk perangkap, diburu dan dibantai para pemburu gelap.
Perburuan liar yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang tidak bertanggung jawab itu sangat mempengaruhi populasi badak dinegeri kita, badak tidak dapat hidup tenang karena senantiasa terusik oleh kegiatan para pemburu, sehingga nasib mereka selanjutnya seakan-akan sangat tergantung pada desing timah panas dan alat-alat jebakan yang ganas.
Jauh juga aku menerawang, lamunan lenyap  ketika bus memasuki pintu tol Merak, hampir sampai penyeberangan rupanya.  Diatas kapal cepat aku lanjutkan membaca Koran yang sejak ada pengamen tidak aku baca lagi. Ternyata dikoran hari ini ada data tentang kerusakan hutan di Indonesia.
Luas Hutan kita 120, 34 juta hektar (data 1999), Total kerusakan Hutan 101,37 juta hektar, Laju Kerusakan Hutan 3,8 juta hektar per tahun.  Kerusakan dalam kawasan 59,62 juta hektar. Terdiri dari hutan produksi (44,42 juta hektar), hutan lindung ( 10,52 juta hektar) dan hutan konservasi (4,69 juta hektar).
Sumber Badan Planologi Kehutanan tahun 2003 dan Politik Pengelolaan Sumber Daya Hutan oleh Untung I dan Agung.
Wah..wah sangat menakutkan dan menyeramkan data diatas, berarti setiap menitnya hutan kita yang lebat lagi indah lenyap atau hilang seluas enam lapangan sepak bola, alamak…… berarti negeri ini diambang kehancuran dan bumi akan semakin panas (global warming kata orang sono). Itu data tahun 2003 bagaimana data terbaru? tahun 2008?
Di Bakauheni Surono supir SRS sudah menuggu, terima kasihku pada Surono yang selalu mengantar dan menjemputku ketika akan libur ke Bogor dimana anak dan istriku tinggal. Suatu dedikasi dan kesetiaan yang patut dihargai. Surono supir yang hebat, aku akan melanjutkan lamunanku diperjalanan menuju Way Kambas negeri tempatku mengabdi dan berbakti.
Kali ini anganku lebih fokus kepada TNWK. Kawasan ini Merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang, semak belukar, dan hutan pantai.
Secara administratif terletak diKabupaten Lampung Timur, Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Adapun statusnya dimulai dengan nama kawasan Suaka Margasatwa dan ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebagai taman Nasional Way Kambas dengan SK. No. 144/Menhut-II/1989 pada tanggal 1 April 1989 dengan luas ~ 130.000 ha, kemudian resmi ditetapkan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas tanggal 31 Maret 1997 dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997. Kawasan ini memang tidak terlalu luas tapi cukup bagus untuk habitat beberapa satwa liar bahkan di kawasan ini terdapat empat jenis mamalia besar penting seperti badak, gajah, harimau dan tapir. Temperatur umumnya berkisar 28-37 0C dengan curah hujan cukup tinggi 2.500-3.000 mm/tahun.
Lamunanku terganggu ketika Surono menginjak pedal rem dengan mendadak…… rupanya mobil kami hampir menabrak seekor ayam jantan. Berabe urusannya kalau sampai menabrak sesuatu didaerah ini karena bisa panjang urusannya apalagi jalan yang kami lewati cukup rawan.
Apalagi yang bisa aku ingat tentang Way Kambas? Oo ya gajah pintar, sebenarnya Way Kambas dikenal orang awalnya karena banyak gajahnya, ketika nama Way Kambas disebut anggapan orang ya mamalia berbelalai panjang itu.
Pusat Latihan Gajah (PLG)
PLG terhampar didaerah terbuka Karangsari sekitar 9 Km dari pintu gerbang Plang Ijo didirikan pada tahun 1985 dan telah menghasilkan sekitar 290 ekor gajah jinak terlatih. Di PLG kita dapat menyaksikan Pelatihan dan pendidikan terhadap gajah liar yang bermasalah (tertangkap, pengganggu, dll), menyaksikan atraksi gajah yang sangat luar biasa (main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak yang lainnya) bahkan gajah PLG juga bisa untuk gajah pekerja seperti membajak sawah.  Saat ini PLG mempunyai koleksi gajah jinak pintar sebanyak 62 ekor. Potensi wisata yang begitu besar belum dimanfaatkan oleh pengelola dengan maksimal. Selain Gajah tentu saja ikon baru TNWK yaitu badak sumatra. Kepopuleran badak ini seiring keberadaan Sumatran Rhino Sancturary di Way kambas.
Cara Pencapaian Lokasi Way Kambas:

  • Seperti yang sedang aku lalui saat ini Way Kambas dapat dicapai dari  jalur Bakauheni – Labuhan Maringgai – Way Kambas, menggunakan mobil ~3 jam, atau dengan melalui jalan lain seperti
  • Bandarlampung – Metro – Way Jepara (112 Km), dengan mobil ~2 jam.
  • Branti – Metro – Way Jepara (100 Km),menggunakan mobil ~1.30 jam.
  • Bakauheni – Panjang – Sribawono – Way Jepara (170 Km), dengan mobil ~3 jam.
  • Way Jepara – Pusat Latihan Gajah, menggunakan mobil ~ 20 menit

Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di Way Kambas, TNWK bekerjasama dengan para mitra, sampai awal 2008 ini ada 4 mitra, yaitu:
1.       
Sumatran Rhino Sanctuary : Suaka Badak Sumatera
2.      
Rhino Protection Unit : Patroli Keamanan Habitat Badak
3.      
Tiger Project : Pusat Konservasi Harimau Sumatera
4.      
Wildlife Concervation Society : Mengatasi permasalahan Gajah Liar
Way Kambas kau memang indah tapi sampai kapan keindahanmu akan bertahan, tangan-tangan jahil selalu mengusik dan mengganggumu. Kita jangan berbangga hati dengan predikat sumber biodiversity ke dua didunia setelah Amerika latin tapi hutan kita hancur lebur. Sudahlah …… sekarang mari kita jaga dan lestarikan hutan Way Kambas,  mumpung belum habis, marilah kita lakukan menurut cara dan kemampuan kita masing-masing. Jayalah hutan ku…. Jayalah Indonesiaku…..
(Warta konservasi edisi IV December 2006)

Leave a comment